Makalah
Irigasi dan Drainase
DAERAH IRIGASI KRUENG PASE KABUPATEN
ACEH UTARA
Disusun
oleh :
Desilia Martinda
1405101050082
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2016
BAB
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan
sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor prioritas di Kabupaten Aceh
Utara, dilakukan melalui melalui pengembangan sistem irigasi sebagai
penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air untuk menunjang pertanian rakyat.
Saat ini, di Kabupaten Aceh Utara telah dilayani oleh 5 (lima) Daerah Irigasi
yaitu:
1. DI Jambo Aye
yang melayani Kabupaten Aceh Utara, luas potensial 15.880 dengan luas
fungsional 14.062 Ha (88,55 % dari luas potensial), status jaringan teknis;
2. DI Alue
Ubay, luas potensial 4.143 dengan luas fungsional 2.999 Ha (72.39 % dari luas
potensial), status jaringan teknis;
3. DI Kr.
Pase Kanan, luas potensial 5.083 dengan luas fungsional 4.863 Ha (95,67 % dari
luas potensial), status jaringan semi teknis;
4. DI Kr.
Pase Kiri, luas potensial 3.308 dengan luas fungsional 3.000 Ha (90,69 % dari
luas potensial), status jaringan semi teknis;
5. DI Kr.
Tuan, luas potensial 2.226 dengan luas fungsional 1.892 Ha (88,00 % dari luas
potensial), status jaringan teknis.
Bangunan utama dari DI Kr. Pase Kanan
dan DI Kr. Pase Kiri adalah Bendung Krueng Pase yang dibangun sebelum tahun
1945. Bendung Krueng Pase didesain untuk mengaliri lahan persawahan seluas
8.391 ha yang tersebar di 8 (delapan) kecamatan, dengan sumber air baku berasal
dari Krueng/Sungai Pase.
Bendung Krueng Pase mengalami kerusakan
yang sangat berat pada tanggal 23 April 2008 malam, disebabkan konstruksi
bangunan tidak dapat menahan arus sungai yang menguat akibat curah hujan yang
tinggi ( lahan
seluas 7.863 ha terancam tidak dapat berproduksi).
Dengan produktifitas padi rata-rata 5 ton/ha dan dua kali masa
panen dalam setahun, diperkirakan Kabupaten Aceh Utara akan kehilangan
76.834 ton produksi padi atau 27,4 % dari total produksi Kabupaten Aceh Utara.
Disamping itu, kerawanan dan keresahan sosial-ekonomi diperkirakan akan terjadi
pada + 26.000 Rumah Tangga Pertanian yang tergantung pada
layanan DI Pase Kanan dan DI Pase Kiri.
Pada tahap awal proses pembangunan
Bendung Krueng Pase, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara akan segera melakukan
Detail Engineering Desain (DED) yang dibiayai oleh APBD Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2008. Pekerjaan DED ini akan selesai pada bulan November 2008, untuk
dilanjutkan dengan Tahap Konstruksi. Pada tahap konstruksi Pemerintah Kabupaten
Aceh Utara mengharapkan subsidi dari APBN Tahun 2009.
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui bentuk bendungan serta model irigasi Krueng
Pase yang ada di Kabupaten Aceh Utara serta bagaimana system irigasi dan apa
fungsinya bagi para petani.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah irigasi di Indonesia telah cukup panjang. Yang
pertama kali dimulai pada zaman Hindu yang ditunjukkan pada pertanian padi
sistem Subak di Bali, sistem Tuo Banda di Sumatera Barat, sistem Tudang
Sipulung di Sulawesi Selatan dan sistem kalender pertanian Pranatamangsa di
Jawa. Yang kemudian dilanjutkan pada masa penjajahan Belanda serta di zaman
Indonesia membangun (Suyana, 1999)
Saluran
irigasi teknis dibangun ditunjukkan dengan adanya sekat sebagai saluran tempat
mengalirnta air. Untuk mengatur volume dan kecepatan air, saluran harus
dibagi-bagi. Adanya kotoran dan sampah yang tertimbun juga dapat mengganggu
aliran air. Saluran air juga dapat membendung jika terjadi banjir sewaktu-waktu
(Wirawan,1991).
Analisis
kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam
perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman
didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu
periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air nyata
untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang
dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan
penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. Kemampuan pengukuran debit
aliran sangat diperlukan untuk merancang sistem irigasi serta mengetahui
potensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan
sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui
pendekatan potensi sumber daya air permukaan yang ada (Sudjarwadi 1990).
BAB
III. PEMBAHASAN
Lokasi Bendung Krueng Pase yang lama terletak di Desa Mandai Kecamatan
Nibong Kabupaten Aceh Utara (X = 299483; Y = 559089), dengan daerah layanan
meliputi Kecamatan:
1) Kecamatan Tanah Luas;
2) Kecamatan Matangkuli;
3) Kecamatan Nibong;
4) Kecamatan Meurah Mulia;
5) Kecamatan Samudera;
6) Kecamatan Syamtalira Bayu;
7) Kecamatan Syamtalira Aron;
8) Kecamatan Tanah Pasir;
9) Kecamatan Blang Mangat - Pemerintah
Kota Lhokseumawe.
Secara umum, pola aliran sungai berbentuk seperti
urat daun (dendritic) dengan sifat intensitas aliran sungai bersifat
menahun (perennial). Sebagian besar pada bagian hulu sungai memiliki
tingkat derajat kemiringan dasar sungai (i) relatif besar, sehingga
kecepatan aliran menjadi tinggi. Sementara pada bagian hilir i relatif kecil (landai), sehingga
kecepatan aliran menjadi kecil, yang menyebabkan terjadinya sedimen.
Tabel 1: Panjang dan Luas DAS pada SWS Pase-peusangan di Kab. Aceh Utara
Sungai/Krueng
|
Panjang (Km)
|
Luas DAS
(Km2)
|
Lebar (m)
|
Kemiringan rata-rata (i)
|
||
Hulu
|
Tengah
|
Hilir
|
||||
SWS
Pase-Peusangan
|
||||||
1) Pase
|
101,35
|
336,00
|
52,1
|
55,6
|
58,0
|
0.00427
|
2)
Keureuto
|
99,60
|
264,00
|
61,1
|
65,2
|
68,0
|
0,00136
|
3) Tuan
|
32,61
|
123,80
|
20,7
|
22,1
|
23,0
|
0,00415
|
4) Mane
|
18,52
|
486,20
|
70,1
|
74,8
|
78,0
|
0,00219
|
Sumber: Diolah dari Data sungai SKNVT PBPP Prov. NAD 2006
& Peta Dasar Bakosurtanal
Tutupan lahan pada ke 4 (empat) Daerah Aliran
Sungai/Krueng diatas terdiri dari hutan, lahan pertanian/perkebunan dan lahan
terbuka. Tingginya aktifitas pembukaan/konversi lahan pada daerah hulu,
menyebabkan catchment area menjadi rusak.
Ini dapat dirasakan dan dilihat dari perbedaan ekstrim yang terjadi antara
musim hujan dengan musim kemarau. Pada musim hujan, aliran air permukaan (runoff)
menjadi sangat besar dan tidak dapat ditampung oleh badan sungai, sehingga
seringkali terjadi bencana banjir. Sementara pada musim kemarau, debit air
menjadi sangat kecil. Kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat dari 3
(tiga) DAS diantaranya merupakan sumber air bagi bendung daerah irigasi di
Kabupaten Aceh Utara, yaitu Krueng Pase, Krueng Keureuto, dan Krueng Tuan.
Tabel 2: Debit
dan Potensi Air pada SWS Pase-peusangan di Kab Aceh Utara
Sungai/Krueng
|
Debit (m3/det)
|
Elevasi
|
Potensi Air m3/Tahun (Juta)
|
Luas Genangan/ Banjir (Ha)
|
|||
Max
|
Min
|
Rata2
|
Mata Air
|
Bendung
|
|||
SWS Pase-Peusangan
|
|||||||
1) Pase
|
809,00
|
8,09
|
88,90
|
G.Kapal +2500
|
Kr.
Pase+21,25
|
2.804
|
1.021,00
|
2)
Keureuto
|
408,69
|
31,00
|
39,48
|
G.Tungku
tige +1700
|
Alue
Ubay+39,08
|
1.245
|
3.741,00
|
3) Tuan
|
119,30
|
11,90
|
18,60
|
G.Salak +800
|
Kr. Tuan
+24
|
587
|
123,00
|
4) Mane
|
12,60
|
1,30
|
2,68
|
85
|
48,00
|
Sumber: Diolah dari Data sungai SKNVT PBPP Prov. NAD 2006
Kondisi Daerah Irigasi Bendung Krueng Pase
1. Daerah
Irigasi Pase Kanan
Daerah Irigasi Krueng Pase Kanan terletak di Kecamatan
Tanah Luas, Samudera, Syamtaliara Aron, Tanah Pasir, dan sebagian kecamatan
Matang Kuli, direncanakan mengailiri 5.083 ha lahan persawahan. Bendung DI
Krueng Pase Kanan adalah Bendung Pase yang merupakan juga bendung DI Krueng
Pase Kiri. Sumber air Bendung Pase dari Krueng Pase, yang berdasarkan data SKNVT PBPP Provinsi
NAD memiliki debit rata-rata 88,90 m3/detik, dengan potensi air
2.804 juta m3/tahun. Adapun
hasil inventarisasi dan evaluasi pada Daerah Irigasi Pase Kanan yang dilakukan
oleh Dinas Sumber Daya Air pada tahun 2005, sebagai berikut:
Berdasarkan jaringan irigasi yang
telah terbangun, luas petak tersier yang mampu dilayani adalah 3.635 ha atau 72
% dari yang direncanakan.
Dari panjang saluran primer 12.597,56 meter, 62 % atau 7.857,59 meter diantaranya mengalami
kerusakan ringan hingga berat akibat sedimentasi dan longsoran.
Panjang saluran sekunder 61.011,15
meter, yang telah mengalami kerusakan sepanjang 41.967,30 meter atau 69 %.
Kinerja bangunan yang ada masih
relatif sangat baik (rata-rata diatas 80%), sedang untuk bendung (70 %), dan
saluran primer serta sekunder relatif cukup baik (rata-rata diatas 60 %). Namun
untuk jalan inspeksi masih sangat buruk (rata-rata 32 %), bahkan 38 % atau 27.943,39 meter saluran sekunder yang
ada tidak memiliki jalan inspeksi.
2. Daerah
Irigasi Pase Kiri
Daerah Irigasi Krueng Pase Kiri terletak di Kecamatan
Syamtalira Bayu, dan Meurah Mulia, direncanakan mengailiri 3.308 ha lahan
persawahan. Bendung DI Krueng Pase kiri adalah Bendung Pase yang juga
dimanfaatkan oleh DI Krueng Pase Kanan. Adapun hasil inventarisasi dan evaluasi
pada Daerah Irigasi Pase Kiri yang dilakukan oleh Dinas Sumber Daya Air pada
tahun 2005, sebagai berikut:
Berdasarkan jaringan irigasi yang
telah terbangun, luas petak tersier yang mampu dilayani adalah 3.041,76 ha atau
92 % dari yang direncanakan.
Dari panjang saluran primer 10.795,23
meter, 44 % atau 4.720,37 meter diantaranya mengalami kerusakan ringan akibat
sedimentasi dan longsoran.
Panjang saluran sekunder 55.908,20
meter, yang telah mengalami kerusakan ringan hingga berat sepanjang 48.681,55 meter atau 87 %.
Kinerja bangunan pada saluran primer
yang ada masih relatif baik (76%), sedang untuk bangunan pada saluran sekunder
rata-rata relatif buruk (55 %), dan saluran primer serta sekunder relatif cukup
baik (rata-rata diatas 60 %). Kondisi jalan inspeksi masih buruk, serta
4.496,90 meter saluran sekunder yang ada belum memiliki jalan inspeksi.
Rencana Pembangunan Baru Bendung Krueng Pase
1.
Analisis Teknis
Pembangunan kembali Bendung Pase haruslah berdaya guna
optimal, efisien dan berkualitas, untuk itu penentuan lokasi bendung semestinya
dilakukan dengan perencanaan baik, apakah ditempat yang lama atau dicari lokasi
alternatif yang baru, bentuk pemikiran ini timbul dengan melihat ratusan hektar
lahan DI Pase yang selama ini dipasok melalui pompa, demikian juga akan
diusulkannya areal yang berada di atas elevasi jaringan irigasi Pase untuk
dapat diairi melalui system irigasi Pase, adapun lahan ini berada di kiri
Krueng Pase luas 1200 Ha dan di kanan Krueng Pase luas 800 Ha. Dengan menaikkan
elevasi mercu lebih kurang 1 meter (secara teknis lokasi bendung akan berada
lebih kurang 4 Km di hulu bendung lama) diharapkan akan ada beberapa keuntungan
antara lain:
Diharapkan pondasi bendung
baru akan lebih kuat daya dukungnya mengingat tanah asli pada bendung lama
sudah dalam keadaan terganggu yang akan membutuhkan biaya tinggi untuk
perbaikan pondasi/foundation improvement;
Dapat dipilih lokasi
bendung pada tempat yang kering pada kopur sungai, tentu biaya dapat dihemat
karena lokasi ini tidak membutuhkan coffering dam, pompa-pompa dan peralatan
lainnya untuk pekerjaan dewatering, kebalikan dengan lokasi bendung lama;
Dengan naiknya elevasi
mercu maka areal yang selama ini dibantu dengan pompa akan dapat diairi secara
gravitasi, demikian juga akan ada peningkatan areal dari potensial menjadi
fungsional karena adanya peningkatan debit dan sekaligus
penambahan/intensifikasi areal baru seluas 2000 Ha, yakni pada DI Pase Kanan
800 Ha dan DI Pase Kiri 1200 Ha.
2.
Komposisi
Areal
Dengan naiknya elevasi intake lebih kurang +1.00
meter, dengan berpindahnya lokasi bendung ke arah hulu sejauh 3,457 Km, maka
lahan di kanan kiri Krueng Pase yang berada di sebelah Barat areal lama yang
nantinya akan dilalui oleh saluran primer rencana secara topografi dipastikan
menjadi areal pengembangan /ekstensifikasi dengan luas areal mencapai 2.000 Ha,
yakni bakal lahan DI Pase Kanan =1.200 Ha dan bakal lahan Pase Kiri =800 Ha.
Tabel 3 : Komposisi Areal, berdasarkan lokasi Bendung
Pase dibangun
|
||||||
Elevasi Mercu
|
Luas Areal Potensial
|
Luas Areal
Fungsional
|
Keterangan
|
|||
Pase Kanan
|
Pase Kiri
|
Pase Kanan
|
Pase Kiri
|
|||
Eksisting
|
+23.00
|
5,083 Ha
|
3,308 Ha
|
3,635 Ha
|
3,042 Ha
|
|
8,391 Ha
|
6,677 Ha
|
|||||
Baru
|
+24.00
|
5,083 Ha
|
3,308 Ha
|
4,726 Ha
|
3,308 Ha
|
peningkatan SS Serba Jaman
|
& Saluran Pompa
|
||||||
800 Ha
|
1,200 Ha
|
800 Ha
|
1,200 Ha
|
areal tambahan/intensifikasi
|
||
5,883 Ha
|
4,508 Ha
|
5,526 Ha
|
4,508 Ha
|
total areal per DI
|
||
10,391 Ha
|
10,034 Ha
|
|||||
Estimasi Rencana Anggaran Biaya
Pembangunan Bendung Pase baru, dengan luas layanan
areal = 10.391 Ha, akan juga dilengkapi dengan pembangunan jaringan irigasi
baru, seperti konstruksi saluran primer sepanjang 12,00 Km, saluran sekunder
16,00 Km dan jaringan tersier seluas 2.000 Ha.
Untuk Tahap I, yakni tahapan untuk memfungsikan
kembali jaringan irigasi eksisting (8.391 Ha) adalah pembangunan Bendung,
Saluran Primer 5,00 Km, Tahap II dan seterusnya adalah tahapan pengembangan
areal yang sudah dapat dilayani oleh Bendung Pase baru.
Tabel 4: Estimasi Kebutuhan
Biaya Pengembangan Bendung Krueng Pase
No
|
Item Pekerjaan
|
Volume
|
Satuan
|
Harga Satuan
(Rp,-)
|
Jumlah (Rp,-)
|
1.
|
Konstruksi
Bangunan Utama Bendung Pase
|
1
|
Ha
|
45.000.000.000
|
45.000.000.000
|
2
|
Konstruksi Saluran Primer dan Bangunannya (Tahap I)
|
5.000
|
m’
|
5.000.000
|
25.000.000.000
|
3
|
Konstruksi Saluran Primer dan Bangunannya (Tahap I)
|
7.000
|
m’
|
5.000.000
|
35.000.000.000
|
4
|
Konstruksi Saluran Sekunder dan Bangunannya (Tahap II)
|
16.000
|
m’
|
2.500.000
|
40.000.000.000
|
5
|
Konstruksi Saluran Tersier (Tahap II)
|
2.000
|
m’
|
5.000.000
|
10.000.000.000
|
6
|
Konstruksi Jalan Inspeksi (Tahap III)
|
14,000
|
m'
|
500,000.00
|
7,000,000,000
|
7
|
Konstruksi Saluran Pembuang & Bangunannya (Tahap
III)
|
12,000
|
m'
|
500,000
|
6,000,000,000
|
Total
|
168.000.000.000
|
||||
Luas Areal (Ha)
|
2.000
|
||||
Harga per Ha
|
84.000.000
|
Estimasi Rencana Anggaran Biaya
Penambahan areal dan peningkatan areal potensial
menjadi areal fungsional menjadi parameter benefit yang akan menentukan layak
tidaknya proyek ini ditinjau dari sudut ekonomi, disamping itu biaya konstruksi
yang masuk dalam parameter cost juga memegang peranan penting ini dapat dilihat
dari semakin efisiennya penggunaan cost ini maka B/C ratio dan EIRRnya akan
semakin tinggi
Perhitungan yang berdasarkan parameter biaya
konstruksi dengan jangka waktu pembangunan 5 Tahun Anggaran dan parameter
benefit proyek yang akan diperoleh selama 30 Tahun pengelolaan irigasi, dengan
interest rate 12 %.
Tabel 5: Hasil perhitungan; B/C dan EIRR
Indikator
|
NPV
(i = 12%)
|
B/C
|
EIRR
|
(i
= 12 %)
|
|||
Nilai
|
6,299
|
1.05
|
12.89%
|
B/C ratio > 1; EIRR > 12%
Juga dilakukan perhitungan
kelayakan proyek apabila terjadi pembengkakan kondisi pembiayaan sebesar 10%
maupun 20%, juga disertai perhitungan apabila terjadi pengurangan kondisi
keuntungan yang berkisar pada angka 10% dan 20%.
Tabel 6: Hasil
perhitungan sensivitas EIRR
Kondisi
|
Kondisi Pembiayaan
|
||
Keuntungan
|
Dasar
|
+10%
|
+20%
|
Dasar
|
11.71%
|
12.86%
|
12.83%
|
-10%
|
11.74%
|
11.71%
|
11.68%
|
-20%
|
10.51%
|
10.48%
|
10.45%
|
BAB
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
1.
Secara
umum, pola aliran sungai berbentuk seperti urat daun (dendritic) dengan
sifat intensitas aliran sungai bersifat menahun (perennial).
2.
Tingginya
aktifitas pembukaan/konversi lahan pada daerah hulu, menyebabkan catchment area
menjadi rusak. Ini dapat
dirasakan dan dilihat dari perbedaan ekstrim yang terjadi antara musim hujan
dengan musim kemarau.
3.
Dengan
naiknya elevasi intake lebih kurang +1.00 meter, dengan berpindahnya lokasi
bendung ke arah hulu sejauh 3,457 Km, maka lahan di kanan kiri Krueng Pase yang
berada di sebelah Barat areal lama yang nantinya akan dilalui oleh saluran
primer rencana secara topografi dipastikan menjadi areal pengembangan
/ekstensifikasi dengan luas areal mencapai 2.000 Ha, yakni bakal lahan DI Pase Kanan
=1.200 Ha dan bakal lahan Pase Kiri =800 Ha.
4.2. Saran
Dengan fasilitas Irigasi yang cukup memadai
seharusnya apa yang telah diberikan oleh pemerintah untuk pemenuh kebutuhan
kegiatan pertanian dapat kita jaga. Atau bahkan akan lebih baik jika kita kembangkan
secara bersama untuk menjaga dan memperbaiki segala sesuatu untuk dapat lebih
berfungsi secara maksimal sehingga kegiatan pertanian khususnya lahan
persawahan dapat menghasilkan produksi yang maksimal dengan tersedianya
fasilitas irigasi yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudjarwadi. 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Pusat
Antar Universitas Ilmu Teknik, UGM. Yogyakarta.
Suyana. 1999. Evaluasi Sumbangan Hara dan Kualitas
Air dari Irigasi Bengawan Solo. Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian
Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta.
Wirawan. 1991. Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan
Sawah Irigasi, hal 141 – 167. Dalam E. Pasandaran (edt). Irigasi di Indonesia
Strategi dan Pengembangan. LP3ES. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar